Protokol Perbanyakan Masal Dendrobium ‘Balithi CF22-58’ secara In Vitro Melalui Embriogenesis Somatik Tidak Langsung (In Vitro Propagation Protocol of Dendrobium ‘Balithi CF22-58’ via Indirect Somatic Embryogenesis)
Tahun : 2019
Penulis : Fitri Rachmawati, Dewi Permanik, Ronald Bunga Mayang, Budi Winarto Detail
Protokol Perbanyakan Masal Dendrobium ‘Balithi CF22-58’ secara In Vitro Melalui Embriogenesis Somatik Tidak Langsung (In Vitro Propagation Protocol of Dendrobium ‘Balithi CF22-58’ via Indirect Somatic Embryogenesis)
Protokol perbanyakan klonal yang efektif dan efisien sangat diperlukan untuk produksi benih berkualitas pada komersialisasi produk unggulan hasil pemuliaan. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan protokol perbanyakan klonal Dendrobium ‘Balithi CF22-58’ melalui embriogenesis tidak langsung. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Hias dari bulan Januari hingga Desember 2017. Penelitian ini menekankan pada penggunaan jenis eksplan, media, dan sistem kultur. Jenis eksplan yang diuji adalah tunas pucuk, tunas lateral, dan pangkal plantlet dengan tiga media inisiasi [½ Murashige and Skoog (MS) dikombinasikan dengan 1,5 mg/l thidiazuron (TDZ) dan 0,5 mg/l 6-benzylaminopurine (BAP) (MI-1), 2,5 mg/l metathopolin (mT) dan 0,05 mg/l BAP (MI-2), dan 5 mg/l mT dan 0,05 mg/l BAP (MI-3)]; empat media proliferasi, yaitu ½ MS dengan kombinasi: MP-1 (0,75 mg/l TDZ + 0,25 mg/l BAP), MP-2 (1,5 mg/l TDZ + 0,5 mg/l BAP), MP-3 (2,5 mg/l mT + 0,05 mg/l BAP), dan MP-4 (5,0 mg/l+ 0,05 mg/l BAP); dua sistem kultur (padat dan cair); dan tiga media regenerasi MPP-1 (½ MS dengan vitamin penuh (1/2 MS-FV) + 2% charcoal); MPP-2 (½ MS-FV); dan MPP-3 (2 g/l Rosasol 18:18:18 TE). Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi kalus embriogenik (KE) tertinggi, yaitu 38,3% dengan waktu inisiasi 16,8 hari dihasilkan dari eksplan pangkal plantlet pada medium MI-1. Medium MP-2 dan sistem kultur cair mampu mempertahankan proliferasi KE sampai 83,1% dengan rasio penggandaan 3,23 kali. Perkecambahan embrio terbaik sampai 86,9% embrio berkecambah dengan 18,2 kecambah per rumpun dalam waktu 21,3 hari, ditunjukkan pada medium MPP-1, sedangkan pembesaran plantlet terbaik mencapai tinggi plantlet sampai 5 cm, jumlah daun hingga 4,9 helai, dan jumlah akar 2,8, dengan 2,6 cm panjang akar dan 0,27 g bobot basah plantlet, diperoleh pada medium MPP-3. Perbanyakan anggrek dengan protokol ini diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 3.000–4.000 plantlet/eksplan/tahun. Protokol hasil penelitian ini sangat potensial diaplikasikan pada perbanyakan klonal Dendrobium melalui kultur jaringan.
Keywords: Dendrobium; Embriogenesis somatik; Perbanyakan masal; Proliferasi; Sistem kultur
Korelasi dan Analisis Lintas Beberapa Karakter Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) pada Kondisi Normal dan Tercekam Kekeringan (Correlations and Path Analysis of Some Characters in Chili Pepper (Capsicum annuum L.) Under Normal and Drought Stress)
Tahun : 2019
Penulis : nFN - Rosmaina, nFN Sobir, nFN Parjanto, Ahmad Yunus Detail
Korelasi dan Analisis Lintas Beberapa Karakter Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) pada Kondisi Normal dan Tercekam Kekeringan (Correlations and Path Analysis of Some Characters in Chili Pepper (Capsicum annuum L.) Under Normal and Drought Stress)
Cekaman air merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman termasuk cabai (Capsicum annuum L.). Produktivitas tanaman merupakan karakter yang kompleks sehingga hubungan antarkarakter perlu diketahui untuk mendapatkan kriteria seleksi yang tepat untuk perbaikan tanaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui kriteria seleksi terhadap produksi tanaman cabai toleran kekeringan pada fase pembungaan. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf cekaman air, yaitu 100% kapasitas lapang (kontrol), 50% kapasitas lapang (medium stress), dan 25% kapasitas lapang (extreme stress). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa berbagai karakter yang diamati memperlihatkan perbedaan asosiasi dengan level cekaman kekeringan. Karakter panjang akar tidak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi tanaman cabai yang toleran terhadap kekeringan karena panjang akar tidak berkorelasi secara signifikan dengan bobot buah per tanaman pada 50% dan 25% kapasitas lapang. Berdasarkan korelasi dan analisis lintas pada kondisi normal (100% kapasitas lapang) dan kondisi tercekam (50% kapasitas lapang), karakter jumlah buah dan persentase fruit set berkorelasi positif dan berpengaruh langsung terhadap bobot buah per tanaman sehingga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk perbaikan tanaman cabai yang toleran kekeringan.
Pengelolaan Air dan Mulsa pada Tanaman Bawang Merah di Lahan Kering (Water Management and Mulch on Shalot in Dry Land)
Budidaya bawang merah di lahan kering mempunyai ketersediaan air terbatas sehingga diperlukan pengelolaan air secara efisien. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh interval waktu pemberian air yang efisien dan jenis mulsa yang dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani bawang merah. Penelitian pengelolaan air dengan interval pengairan dan mulsa pada bawang merah varietas Monjung dilaksanakan pada MK II 2016 dalam luasan 2.500 m2 (ukuran petak 15 m x 6 m) di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, disusun secara acak kelompok faktorial dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan, yaitu: faktor I (mulsa): (a) mulsa plastik, (b) mulsa jerami, dan (c) tanpa mulsa, sedangkan faktor II (pengairan): (a) 1 hari sekali, (b) 2 hari sekali, dan (c) 3 hari sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mulsa jerami disertai pengairan 2 hari sekali memberikan bobot umbi 7,89 ton/ha dan penggunaan air selama pertumbuhan tanaman sebesar 1.230 m3/ha sehingga untuk menghasilkan 1 kg umbi dibutuhkan 156 liter air. Berdasarkan hasil analisis usahatani bawang merah yang diberi mulsa jerami disertai pengairan 2 hari sekali dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan biaya produksi serta mempunyai B/C ratio tertinggi (2,27) sehingga layak secara ekonomi.
Pengaruh Berbagai Campuran Media yang Diperkaya Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Benih Petai (The Effect of Several Media Mixtures Enriched by Mycorrhiza for Stink Bean Seedlings Growth)
Tahun : 2019
Penulis : Deni Emilda, Ni Luh Putu Indriyani, nFN Muryati, nFN Sunyoto Detail
Pengaruh Berbagai Campuran Media yang Diperkaya Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Benih Petai (The Effect of Several Media Mixtures Enriched by Mycorrhiza for Stink Bean Seedlings Growth)
Media tanam mempunyai peran penting dalam menghasilkan benih petai bermutu. Namun, informasi mengenai media tanam yang dapat memacu pertumbuhan benih dan menghambat serangan penyakit tular tanah pada tanaman petai belum banyak tersedia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh satu komposisi media terbaik untuk pertumbuhan benih petai. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2017 – April 2018 di Kebun Percobaan Sumani Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Sumatra Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan, setiap unit perlakuan terdiri atas 30 tanaman. Perlakuan yang digunakan adalah 10 komposisi media yang terdiri atas kombinasi dua atau tiga bahan yang terdiri atas tanah, pupuk kandang, kompos, dan arang sekam serta penambahan agens hayati mikoriza. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media terbaik untuk pertumbuhan benih petai sampai 6 bulan setelah transplanting adalah tanah: pupuk kandang = 1 : 1 (v/v) di mana menghasilkan bobot kering tanaman sebesar 24,47 g sementara media yang sama dengan penambahan mikoriza menghasilkan bobot kering tanaman lebih tinggi, yaitu sebesar 29,94 g, namun tidak berbeda secara signifikan dengan media tanpa penambahan mikoriza. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemilihan media untuk perbenihan petai.
Aplikasi Berbagai Konsentrasi Giberelin (GA3) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kailan (Brassica oleracea L.) pada Sistem Budidaya Hidroponik
Tahun : 2019
Penulis : nFN Riko, Sitti Nurul Aini, Euis Asriani Detail
Aplikasi Berbagai Konsentrasi Giberelin (GA3) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kailan (Brassica oleracea L.) pada Sistem Budidaya Hidroponik
Giberelin adalah zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman, termasuk pada tanaman kailan yang banyak dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh giberelin dan konsentrasinya yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman kailan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2019 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan giberelin konsentrasi (0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm) diulang empat kali. Pemberian giberelin dilakukan dengan cara perendaman benih sebelum tanam dan dilakukan penyemprotan pada tanaman kailan yang dilakukan dua kali dalam seminggu, dimulai 7 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan giberelin dengan konsentrasi 100 ppm memberikan hasil yang tinggi pada tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk, dengan persentase kenaikan produksi sebesar 50% dibandingkan kontrol.
Karakter Morfofisiologi Daun Okra (Abelmoschus esculentus L.) pada Perbedaan Pupuk Melalui Metode Minus One Test
Tahun : 2019
Penulis : Nofi Anisatun Rokhmah, Maya Melati, Heni Purnamawati Detail
Karakter Morfofisiologi Daun Okra (Abelmoschus esculentus L.) pada Perbedaan Pupuk Melalui Metode Minus One Test
Buah okra dikenal sebagai bahan pangan fungsional karena mengandung serat pangan tak larut dan larut, serta mengandung metabolit sekunder berupa senyawa fenolik dan flavonoid yang bersifat antioksidan. Salah satu faktor penentu dalam budidaya tanaman okra adalah pemupukan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang pengaruh pemupukan dengan metode minus one test terhadap karakter morfofisiologi daun okra. Percobaan dilaksanakan di tanah latosol di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor (250 m dpl.) pada bulan Juli – Oktober 2018. Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini ialah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor tiga kali ulangan. Perlakuan pemupukan terdiri atas tanpa pemupukan, NPK + pupuk kandang, NPK, NP (-K), NK (-P), dan PK (-N). Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai peubah morfologi yang diamati tidak berbeda nyata antarperlakuan. Peubah fisiologi yang berbeda nyata ditemukan pada hara Mg. Secara umum belum dapat ditentukan satu unsur hara terpenting yang terbukti dapat menjadi pembatas bagi morfofisiologi daun okra. Nilai rerata karakteristik daun dan laju pertumbuhan pada tanaman okra yang mendapat perlakuan tanpa pemupukan dan kurang N lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pengaruh Pemangkasan Tajuk Terhadap Produktivitas dan Mutu Buah Jeruk Keprok Pulung (Effect of Pruning Canopy on Productivity and Fruit Quality of Mandarin cv Pulung)
Tahun : 2019
Penulis : Agus Sugiyatno, nFN Yenni, Buyung Al Fanshuri Detail
Pengaruh Pemangkasan Tajuk Terhadap Produktivitas dan Mutu Buah Jeruk Keprok Pulung (Effect of Pruning Canopy on Productivity and Fruit Quality of Mandarin cv Pulung)
Pemangkasan merupakan tindakan dalam budidaya tanaman yang berperan penting dalam mengatur percabangan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemangkasan tajuk tanaman terhadap produktivitas dan mutu buah jeruk keprok Pulung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 – Agustus 2016 di Kebun Percobaan (KP) Tlekung Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) pada tanaman jeruk keprok Pulung berumur 6 tahun. Penelitian berdasarkan Rancang Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan, yaitu pemangkasan pemeliharaan (P), pemangkasan bentuk V (V), pemangkasan lorong (L), pemangkasan samping (S), dan tidak dipangkas (K). Setiap perlakuan diulang lima kali dengan sembilan unit tanaman per ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah bunga tertinggi diperoleh pada perlakuan pemangkasan bentuk V (V), yaitu 85,30%, jumlah buah tertinggi pada perlakuan pemangkasan bentuk V (V) dan perlakuan pemangkasan samping (S) masing-masing sebesar 208,8 buah/pohon dan 201 buah/pohon. Rerata diameter dan bobot buah tertinggi diperoleh pada perlakuan pemangkasan pemeliharaan (P), yaitu 66,20 mm dan 143,75 g. Dari hasil analisis buah jeruk, total gula tertinggi (7,5%) dan total asam terendah (1,79%) diperoleh pada tanaman yang diperlakukan pemangkasan samping (S), sedangkan total karotenoid tertinggi (10,63 µg/g) terdapat pada tanaman yang diperlakukan pemangkasan lorong (L) dan kadar air yang tertinggi sebesar 90,08% dimiliki oleh tanaman kontrol (tanpa pemangkasan). Perlakuan pemangkasan samping (S) dapat direkomendasikan untuk diterapkan di petani karena menghasilkan jumlah buah yang tinggi dengan rasa yang manis.
Keywords: Jeruk; Kanopi; Pemangkasan; Produktifitas; Mutu buah
Penekanan Penularan Bean Common Mosaic Virus oleh Efek Penghambat Makan Kitosan Terhadap Aphis craccivora Koch. (Bean Common Mosaic Virus Transmission Inhibition by Antifeedant Chitosan Against Aphis craccivora Koch.)
Tahun : 2019
Penulis : Dita Megasari, Tri Asmira Damayanti, Sugeng Santoso Detail
Penekanan Penularan Bean Common Mosaic Virus oleh Efek Penghambat Makan Kitosan Terhadap Aphis craccivora Koch. (Bean Common Mosaic Virus Transmission Inhibition by Antifeedant Chitosan Against Aphis craccivora Koch.)
Bean common mosaic virus (BCMV) merupakan virus penting pada kacang panjang di Indonesia. Salah satu cara untuk mengendalikan BCMV adalah dengan penggunaan kitosan. Pada penelitian sebelumnya, kitosan komersial dengan konsentrasi 0,9% dilaporkan mampu menekan infeksi BCMV yang ditularkan oleh Aphis craccivora dengan mekanisme yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme kitosan dalam menekan transmisi BCMV yang ditularkan oleh A. craccivora. Kitosan yang diuji yaitu kitosan murni dengan konsentrasi 0,1%–1,1% dan kitosan komersial konsentrasi 0,9% sebagai pembanding. Kitosan diaplikasikan dengan cara penyemprotan daun dengan volume 3 ml/tanaman pada hari sebelum penularan BCMV menggunakan tiga ekor kutudaun yang mengandung virus. Peubah yang diamati, yaitu periode inkubasi, insidensi penyakit, keparahan penyakit, akumulasi virus pada tanaman dan kutudaun, serta deteksi gen CP BCMV, PR1, dan PR3 dengan RT-PCR. Secara umum perlakuan kitosan mampu menekan transmisi BCMV oleh A. craccivora. Periode inkubasi tanaman perlakuan berkisar antara 7–9 hari. Perlakuan kitosan murni menekan insidensi dan keparahan penyakit antara 40%–80% dan 35,71%–78,57% tergantung konsentrasi kitosan. Kitosan komersial menghambat insidensi dan keparahan penyakit sampai 100%. Perlakuan kitosan pada konsentrasi 0,9% baik kitosan murni maupun komersial menunjukkan akumulasi BCMV yang lebih rendah dibandingkan kontrol tanpa perlakuan, yaitu pada kitosan komersial 0,9% memiliki nilai absorbansi ELISA (NAE) sebesar 0,26 ± 0,29 dan pada kitosan murni 0,9% memiliki NAE sebesar 1,15 ± 1,69, sedangkan kontrol tanpa perlakuan memiliki NAE sebesar 3,13 ± 0,17. BCMV positif terdeteksi pada kutudaun menunjukkan bahwa kutudaun tidak makan inokulasi pada tanaman perlakuan. Amplifikasi gen CP BCMV dengan RT-PCR menunjukkan positif teramplifikasi pada semua perlakuan kitosan kecuali perlakuan kitosan komersial. Gen PR1 tidak teramplifikasi, sedangkan gen PR3 teramplifikasi pada semua perlakuan. Akumulasi PR3 tertinggi terdapat pada perlakuan 0,5% dan 0,7% dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Berdasarkan hasil tersebut, perlakuan kitosan lebih berperan sebagai penghambat makan kutudaun daripada sebagai penginduksi ketahanan tanaman.
Keywords: BCMV; Kutu daun; Pathogenesis-related protein; PCR; Vigna sinensis L.
Kajian Jumlah Populasi dan Varietas Terhadap Produksi dan Keuntungan Usahatani Bawang Merah di Sumatra Utara (Assessment of Population and Varieties Toward Production and Revenue of Shallot Farming in North Sumatra)
Kajian Jumlah Populasi dan Varietas Terhadap Produksi dan Keuntungan Usahatani Bawang Merah di Sumatra Utara (Assessment of Population and Varieties Toward Production and Revenue of Shallot Farming in North Sumatra)
Produktivitas bawang merah di Sumatra Utara saat ini lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional. Terkait hal tersebut, perlu peningkatan produksi melalui perbaikan teknik budidaya bawang merah. Perbaikan teknik budidaya diawali dengan melakukan pemillihan varietas yang adaptif pada tingkat populasi tinggi di antaranya, yaitu Maja, Bima Brebes dan Mentes. Penelitian ini bertujuan mengetahui teknologi peningkatan produksi dan keuntungan usaha tani bawang merah di Sumatra Utara. Lokasi kegiatan dilaksanakan pada lahan petani dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl., yang terletak di Desa Pancur Batu, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatra Utara pada musim kemarau, bulan Mei hingga Juli 2017. Penelitian ini merupakan super impose dari kegiatan pendampingan pengembangan kawasan Hortikultura di Sumatra Utara. Metode penelitian menggunakan rancangan petak terpisah. Petak utama adalah populasi dan anak petak, yaitu varietas. Perlakuan populasi, yaitu: (a) 175.000 (umum dipakai), (b) 233.333, (c) 311.111, dan (d) 466.667 rumpun/ha. Perlakuan varietas, yaitu varietas Maja, Bima Brebes, dan Mentes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Nilai B/C tertinggi diperoleh dari perlakuan populasi 233.333 rumpun/ha, yaitu 2,08, sedangkan B/C populasi umum (175.000 rumpun/ha) adalah 1,46. Untuk mendapatkan keuntungan paling tinggi secara ekonomi dan layak secara teknis pada budidaya bawang merah tujuan umbi konsumsi, direkomendasikan agar menanam dengan populasi 233.333 rumpun per ha dengan pilihan varietas Maja, Bima Brebes atau Mentes.
Kelayakan Usahatani Bawang Putih di Berbagai Tingkat Harga Output (Feasibility of Garlic Farming at Various Price Levels of Output)
Tahun : 2019
Penulis : Adhitya Marendra Kiloes, nFN Hardiyanto Detail
Kelayakan Usahatani Bawang Putih di Berbagai Tingkat Harga Output (Feasibility of Garlic Farming at Various Price Levels of Output)
Indonesia selama ini mengimpor sebanyak 95% bawang putih konsumsi, namun direncanakan bahwa Indonesia harus dapat berswasembada bawang putih pada tahun 2021. Untuk itu dilaksanakan upaya perluasan tanam mulai dari penggunaan dana APBN, penanaman oleh importir, maupun penanaman secara swadaya petani yang akan membutuhkan benih bawang putih dalam jumlah banyak. Dengan alasan terbatasnya jumlah benih bawang putih dan meningkatnya permintaan untuk penanaman maka harga benih bawang putih di tingkat petani melonjak naik sehingga perlu dibuat aturan mengenai harga bawang putih agar semua pemangku kepentingan dapat saling mendapatkan keuntungan. Penelitian ini bertujuan merekomendasikan harga bawang putih yang layak sesuai dengan harga pasar dan keuntungan petani. Data yang digunakan berupa data primer input dan output usahatani yang dikumpulkan dari 86 orang petani di tiga sentra produksi bawang putih yang selama ini konsisten menanam bawang putih, yaitu Lombok Timur, Magelang, dan Temanggung. Data sekunder berupa data Upah Minimum Kabupaten (UMK) diperoleh dari BPS untuk membandingkan dengan keuntungan usahatani yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jual yang layak untuk bawang putih konsumsi adalah Rp15.000,00/kg dan untuk benih sebesar Rp53.000,00/kg. Apabila harga jual kurang dari harga tersebut maka keuntungan usahatani akan lebih rendah dari UMK sehingga tidak akan menarik untuk petani.
Keywords: Bawang putih; Biaya usahatani; Harga jual; UMK
Studi Adopsi Benih Kentang Bebas Virus Varietas Granola L. dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Kabupaten Garut, Jawa Barat
Tahun : 2019
Penulis : Rofik Sinung Basuki, Nur Khaririyatun, Asma Sembiring, nFN Nurmalinda, Idha Widi Arshanti Detail
Studi Adopsi Benih Kentang Bebas Virus Varietas Granola L. dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Kabupaten Garut, Jawa Barat
Kontribusi Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) sebagai lembaga penelitian pemerintah penghasil teknologi baru, termasuk varietas dalam meningkatkan pendapatan petani masih belum terdokumentasi dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat adopsi, pendapatan petani, dan tingkat pengembalian investasi (Return on Investment = ROI) pada penerapan benih kentang bebas virus varietas Granola L. dari Balitsa di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan evaluasi ex-post yang dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Desa Sirnajaya, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih secara purposive karena di daerah ini banyak petani yang mengadopsi benih kentang bebas virus varietas Granola L. dari Balitsa. Pengumpulan data dilakukan melalui Fokus Grup Diskusi (FGD) dan wawancara individual dengan kuesioner terstruktur. Total responden berjumlah 40 petani terdiri atas tujuh penangkar benih adopter, yaitu penangkar benih yang menghasilkan benih kentang bebas virus dari G0 (1 orang), G1 (1 orang), G2 (1 orang), G3 (3 orang), dan G4 (1 orang), 12 petani kentang konsumsi adopter, dan 21 petani nonadopter. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif, menggunakan gambar garis waktu, tabel, dan analisis biaya dan pendapatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi benih kentang bebas virus varietas Granola L. dari Balitsa telah diintroduksi dan diadopsi petani di Desa Sirnajaya, Kecamatan Cisurupan, Garut sejak tahun 2008. Adopsi teknologi benih kentang bebas virus varietas Granola L. di Garut pada tahun 2013 dapat meningkatkan profit dari total adopter dengan nilai total sebesar 6,732 milyar rupiah. Sementara nilai ROI untuk biaya penelitian dan diseminasi teknologi benih kentang bebas virus varietas Granola L. untuk tahun 2013 adalah sebesar 918.000%. Artinya, untuk setiap Rp100,00 biaya penelitian dan diseminasi yang dikeluarkan Balitsa memberikan peningkatan profit kepada total petani adopter sebesar Rp918.000,00 atau peningkatan sebesar 9.180 kali lipat.
Keywords: Kentang; Varietas Granola L.; Tingkat adopsi; Profit; ROI
Studi Ex-Ante Teknologi Produksi Lipat Ganda Cabai Merah pada Musim Hujan: Studi Kasus di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Ex-ante Study of Chili Multiple Production Technology in the Rainy Season: Case Study in Garut District, West Java)
Studi Ex-Ante Teknologi Produksi Lipat Ganda Cabai Merah pada Musim Hujan: Studi Kasus di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Ex-ante Study of Chili Multiple Production Technology in the Rainy Season: Case Study in Garut District, West Java)
Teknologi Produksi Lipat Ganda (Proliga) cabai merah merupakan paket teknologi yang terdiri atas beberapa komponen teknologi yang dirangkai sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas cabai merah hingga 20 ton/ha. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi awal mengenai sifat inovasi dan potensi adopsi paket teknologi Proliga cabai merah berdasarkan persepsi petani. Sebuah demplot teknologi Proliga cabai merah dilakukan di Kecamatan Banyuresmi, Kabupten Garut, Jawa Barat. Demplot tersebut melibatkan 30 orang petani partisipatif untuk dapat melihat seluruh komponen teknologi dari awal pesemaian hingga panen. Setelah demplot dipanen, petani selanjutnya ditanya mengenai persepsi mereka terhadap paket teknologi yang diperkenalkan berdasarkan dimensi-dimensi karakteristik inovasi, yaitu: keunggulan relatif, kesesuaian, kerumitan, kemudahan untuk diamati, dan kemudahan untuk diuji coba. Selain itu juga ditanyakan mengenai sejauh mana potensi adopsi dari masing-masing komponen teknologi oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memberikan jawaban positif terhadap komponen-komponen teknologi yang diperkenalkan berdasarkan lima dimensi karakteristik inovasi. Meskipun terdapat responden yang memiliki sikap negatif terutama pada dimensi kesesuaian, secara keseluruhan komponen-komponen teknologi yang diperkenalkan memiliki karakteristik inovasi yang tinggi dan sangat tinggi. Mayoritas petani menyatakan sikap yang positif terhadap potensi adopsi paket teknologi Proliga cabai merah.
Keywords: Cabai merah; Produksi lipat ganda; Sifat inovasi; Persepsi petani
Perbaikan Kelayakan Usahatani Bawang Merah pada Dataran Tinggi di Bali Melalui Perbaikan Teknologi Budidaya (Improving Feasibility of Shallot Farming at High Land in Bali Through the Improvement of Cultivation Technology)
Tahun : 2019
Penulis : Nyoman Ngurah Arya, I Ketut Mahaputra, I Made Budiartana Detail
Perbaikan Kelayakan Usahatani Bawang Merah pada Dataran Tinggi di Bali Melalui Perbaikan Teknologi Budidaya (Improving Feasibility of Shallot Farming at High Land in Bali Through the Improvement of Cultivation Technology)
Usahatani bawang merah telah menjadi sumber penghidupan utama bagi sebagian petani di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Namun, biaya usahatani yang dibutuhkan semakin meningkat dan dapat berdampak terhadap penurunan efisiensinya. Pengkajian ini bertujuan menganalisis kelayakan paket teknologi usahatani bawang merah. Pengkajian terdiri atas tiga perlakuan dan 15 ulangan, yakni: p0 = teknologi eksisting (jarak tanam 23 cm x 23 cm + 12,5 – 15 ton pupuk kandang ayam/ha + 330 kg Urea/ha + 300 kg ZA/ha + 360 kg NPK 16:16:16/ha + pestisida kimia); p1 = jarak tanam 20 cm x 15 cm + 5 ton kompos kotoran sapi/ha + 500 kg ZA/ha + 600 kg NPK 16:16:16/ha + feromon exi + pestisida kimia; dan p2 = jarak tanam 23 cm x 23 cm+ 5 ton kompos kotoran sapi/ha + 500 kg ZA/ha + 600 kg NPK 16:16:16/ha + feromon exi + pestisida kimia. Lahan yang digunakan seluas 1,35 ha melibatkan 15 orang petani. Luas setiap perlakuan adalah 300 m2 sehingga luas lahan yang digunakan pada masing-masing petani adalah 900 m2. Penanaman dilakukan pada April 2106. Kelayakan usahatani dianalisis dengan pendekatan R/C rasio. Hasil analisis menunjukkan bahwa paket teknologi p2 memiliki kelayakan lebih baik daripada teknologi eksisting.
Keywords: Kelayakan; Feromon exi; Jarak tanam; Kompos sapi